Duduk Sama Rata Megibung, Tradisi Jelang Ramadhan di Bali
6/11/2017
"Megibung adalah kegiatan makan bersama di dalam satu wadah yang
dikenal di antara masyarakat Bali dan Lombok Barat. Tradisi ini bukan
hanya populer di kalangan umat Hindu, namun juga Muslim.
Megibung berasal dari kata ‘gibung’ yang berarti kegiatan dilakukan
banyak orang untuk saling berbagi, yaitu duduk bersama untuk makan
sembari berdiskusi. Tradisi ini awalnya diperkenalkan Raja Karangasem, I
Gusti Agung Anglurah Ketut Karangasem sekitar 1614 Caka atau 1692
Masehi. Saat itu Kerajaan Karangasem memenangkan perang melawan Kerajaan
Sasak di Lombok.
Megibung kini bukan saja dilakukan untuk upacara adat, namun juga
acara selamatan, menyambut tahun baru, Maulid Nabi Muhammad SAW, atau
menyambut Ramadhan. Muslim di Denpasar menyambut Ramadhan tahun ini juga
menggelar acara megibung di rumah saudara atau kerabat.
Penyajiannya kini bukan lagi menggunakan wadah besar dari tanah liat
yang dilapisi daun pisang. Namun, diganti dengan nampan bambu berbentuk
bulat beralaskan daun pisang atau daun pisang yang langsung ditata
memanjang di dalam rumah.
Widia (30 tahun), Muslim kelahiran Denpasar yang sudah tinggal di
Bali sejak kecil menggelar acara megibung di rumahnya di kawasan Gatot
Subroto Barat, Denpasar. "Makan bersama seperti ini selalu kami adakan
menjelang puasa," katanya kepada Republika, Jumat (26/5).
Menu lauk pauk yang disajikan, antara lain ayam bakar, sate lilit
khas Bali, ikan asin, nasi putih, sambal terasi, lengkap dengan sayur,
tahu, dan tempenya. Nasi putih juga bisa diganti dengan nasi liwet yang
tentunya semakin lezat di lidah.
Megibung penuh dengan nilai kebersamaan. Semua orang duduk sama rata,
tanpa memandang kasta, dan jenis kelamin. Komunitas Muslim di
Karangasem, seperti Kecicang, Saren Jawa, dan Tohpati juga melestarikan
megibung sampai hari ini. Teman atau kerabat yang berbeda agama juga
boleh makan bersama dan ikut merasakan suasana menyambut puasa atau
kegiatan bernapaskan Islam lainnya.
0 komentar