Perbincangan ibadah shaum dalam Alquran terdapat
dalam surah al-Baqarah [2]: 183-188. Dimulai dari perintah shaum (QS 2:
183) dan diakhiri dengan larangan memakan harta orang lain dengan cara
bathil atau korupsi (QS 2: 188) sebagai atsar atau implikasi yang mesti
ada dari orang yang shaum.
Ada yang menarik, di tengahtengah
perbincangan ibadah shaum tiba-tiba ada ayat yang berbunyi, "Dan apabila
hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang
berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi
(segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka
selalu berada dalam kebenaran. (QS 2: 186).
Kalau kita membaca
sepintas ayat di atas, sepertinya tidak ada hubungannya dengan ibadah
shaum, sebab tidak ada satu pun kata shaum atau yang berkaitan
dengannya. Namun, jika dicermati lebih dalam, akan diketahui bahwa
hubungan antara shaum dan kedekatan dengan Allah SWT sangat erat.
Untuk memahami keeratan hubungan tersebut dapat dimulai dari memahami
hakikat manusia. Alquran menggambarkan manusia sebagai makhluk mulia (QS
al- Isra [17]: 70) yang terdiri atas dua unsur penting, yaitu jasad dan
ruh. Kedua unsur tersebut tidak bisa dipisahkan tapi bisa dibedakan.
Jasad berasal dari tanah, sedangkan ruh berasal dari Allah SWT (QS Shaad
(38): 71-72).
Secara alami, setiap makhluk Allah memiliki
kecenderungan ingin kembali ke asal. Demikian juga, unsur-unsur yang
membangun manusia. Karena jasad berasal dari tanah, kecenderungannya ke
tanah juga. Manusia menyenangi makanan, minuman, lawan jenis, atau
perhiasan karena berasal dari tanah. Dan jika dibiarkan berlebihan akan
mengotori ruh manusia.
Sama halnya dengan jasad, ruh yang
berasal dari Allah SWT maka memiliki kecenderungan ingin kembali dan
mendekat ke asalnya, yakni Allah SWT. Menurut QS Shaad [38]: 71-72,
setelah jasad manusia disempurnakan, Allah meniupkan ruh-Nya ke dalam
jasad tersebut. Ketika ruh berada di dalam jasad, ia terikat dan
terpenjara oleh keinginankeinginan rendah dari jasad.
Akibatnya, ia sulit untuk kembali mendekat ke asalnya, yaitu Allah SWT.
Ibadah shaum merupakan salah satu upaya melepaskan ruh dari
ikatan-ikatan keinginan rendah jasad, sehingga ia dapat mendekat lagi ke
asalnya, yaitu Allah SWT.
Shaum pada hakikatnya upaya
pengendalian keinginan jasad melalui menahan makan, minum, dan syahwat
pada siang hari. Ketika keinginan jasad dapat dikendalikan, keberadaan
ruh tidak lagi terikat dan terpengaruh oleh keinginan tersebut.
Dalam kondisi seperti ini, keberadaan roh menjadi relatif bebas tak
terikat lagi keinginan rendah jasad sehingga dapat dengan mudah mendekat
kepada Allah SWT. Itulah makna ayat, Aku adalah dekat (QS 2: 186).
Kedekatan yang dimaksud adalah kedekatan rohiyah. Dan itu terjadi
melalui proses ibadah shaum.
0 komentar