Abdullah bin Zubair, Seorang Tokoh Dan Syahid Yang Luar Biasa
5/09/2017
Ketika menempuh padang pasir yang panas bagai menyala dalam
perjalanan hijrah dari Mekah ke Madinah yang terkenal itu, ia masih merupakan
janin dalam rahim ibunya. Demikianlah telah menjadi taqdir bagi Abdullah bin
Zubeir melakukan hijrah bersama Kaum Muhajirin selagi belum muncul ke alam
dunia, masih tersimpan dalam perut ibunya ….
Ibunya Asma, semoga Allah ridla kepadanya dan ia jadi
ridla kepada Allah setibanya di Quba, suatu dusun di luar kota Madinah,
datanglah saat melahirkan, dan jabang bayi yang muhajir itu pun masuklah ke
bumi Madinah bersamaan waktunya dengan masuknya muhajirin lainnya dari
shahabat- shahabat Rasulullah . . . !
Bayi yang pertama kali lahir pada saat hijrah itu, dibawa kepada
Rasulullah saw. di rumahnya di Madinah, maka diciumnya kedua pipinya dan
dikecupnya mulutnya, hingga yang pertama masuk ke rongga perut Abdullah
bin Zubeir itu ialah air selera Rasulullah yang mulia.
Kaum Muslimin berkumpul dan beramai-ramai membawa bayi yang
dalam gendongan itu berkeliling kota sambil membaca tahlil dan takbir. Latar
belakangnya ialah karena tatkala Rasulullah dan para shahabatnya tinggal
menetap di Madinah, orangorang Yahudi merasa terpukul dan iri hati, lalu
melakukan perang urat saraf terhadap Kaum Muslimin. Mereka sebarkan berita
bahwa dukun-dukun mereka telah menyihir Kaum Muslimin dan membuat mereka jadi
mandul, hingga di Madinah tak seorang pun akan mempunyai bayi dari kalangan
mereka . . . !
Maka tatkala Abdullah bin Zubeir muncul dari alam gaib, hal itu
merupakan suatu kenyataan yang digunakan taqdir untuk menolak kebohongan
orang-orang Yahudi di Madinah dan mematahkan tipu muslihat mereka … !
Di masa hidup Rasulullah, Abdullah belum mencapai usia dewasa.
Tetapi lingkungan hidup dan hubungannya yang akrab dengan Rasulullah, telah
membentuk kerangka kepahlawanan dan prinsip hidupnya, sehingga darma baktinya
dalam menempuh kehidupan di dunia ini menjadi buah bibir orang dan tercatat
dalam sejarah dunia.
Anak kecil itu tumbuh dengan amat cepatnya dan menunjukkan
hal-hal yang luar biasa dalam kegairahan, kecerdasan dan keteguhan pendirian.
Masa mudanya dilaluinya tanpa noda, seorang yang suci, tekun beribadat, hidup
sederhana dan perwira tidak terkira ….
Demikianlah hari-hari dan peruntungan itu dijalaninya dengan
tabi’atnya yang tidak berubah dan semangat yang tak pernah kendor. la
benar-benar seorang laki-laki yang mengenal tujuannya dan menempuhnya dengan
kemauan yang keras membaja dan keimanan teguh luar biasa ….
Sewaktu pembebasan Afrika, Andalusia dan Konstantinopel, ia yang
waktu itu belum melebihi usia tujuh belas tahun, tampil sebagai salah seorang
pahlawan yang namanya terlukis sepanjang masa . . .
Dalam pertempuran di Afrika sendiri, Kaum Muslimin yang
jumlahnya hanya duapuluh ribu oang tentara, pernah menghadapi musuh yang
berkekuatan sebanyak seratus duapuluh ribu orang.
Pertempuran berkecamuk, dan pihak Islam terancam bahaya besar!
Abdullah bin Zubeir melayangkan pandangannya meninjau kekuatan musuh hingga
segeralah diketahuinya di mana letak kekuatan mereka. Sumber kekuatan itu tidak
lain dari raja Barbar yang menjadi panglima tentaranya sendiri. Tak putus
putusnya raja itu berseru terhadap tentaranya dan membangkitkan semangat
mereka dengan cara iatimewa yang mendorong mereka untuk menerjuni maut tanpa
rasa takut ….
Abdullah maklum bahwa pasukan yang gagah perkasa ini tak mungkin
ditaklukkan kecuali dengan jatuhnya panglima yang menakutkan ini. Tetapi
bagaimana caranya untuk menemuinya, padahal untuk sampai kepadanya terhalang
oleh tembok kukuh dari tentara musuh yang bertempur laksana angin puyuh . . .
!
Tetapi semangat dan keberanian Ibnu Zubeir tak perlu diragukan
lagi untuk selama-lamanya … ! Dipanggilnya sebagian kawan-kawannya, lalu
katanya: “Lindungi punggungku dan mari menyerbu bersamaku . . . !” Dan
tak ubah bagai anak panah lepas dari busurnya, dibelahnya barisan yang berlapis
itu menuju raja musuh, dan demi sampai di hadapannya, dipukulnya sekali pukul,
hingga raja itu jatuh tersungkur. Kemudian secepatnya bersama kawan-kawannya ia
mengepung tentara yang berada di sekeliling raja dan menghancurkan mereka ….
lalu dikumandangkannya Allahu Akbar . . . !
Demi Kaum Muslimin melihat bendera mereka berkibar di sana,
yakni di tempat panglima Barbar berdiri menyampaikan perintah dan mengatur
siasat, tahulah mereka bahwa kemenangan telah tercapai. Maka seolah-olah satu
orang jua, mereka menyerbu ke muka, dan segala sesuatu pun berakhir dengan
keuntungan di pihak Muslimin … !
Abdullah bin Abi Sarah, panglima tentara Islam, mengetahui
peranan penting yang telah dilakukan oleh Ibnu Zubeir. Maka sebagai imbalannya
disuruhnya ia menyampaikan sendiri berita kemenangan itu ke Madinah terutama
kepada khalifah Utsman bin Affan ….
Hanya kepahlawanannya dalam medan perang bagaimana juga unggul
dan luar biasanya, tetapi itu tersembunyi di balik ketekunannya dalam beribadah
. . .. Maka orang yang mempunyai tidak hanya satu dua alasan untuk berbangga
dan menyombongkan dirinya ini akan menakjubkan kita karena selalu ditemukan
dalam lingkungan orang-orang shaleh dan rajin beribadat.
Maka baik derajat maupun kemudaannya, kedudukan atau harta
bendanya, keberanian atau kekuatannya, semua itu tidak mampu untuk menghalangi
Abdullah bin Zubeir untuk menjadi seorang laki-laki ‘abid yang berpuasa di
siang hari, bangun malam beribadat kepada Allah dengan hati yang khusuk niat
yang suci.
Pada suatu hari Umar bin Abdul Aziz mengatakan kepada Ibnu Abi
Mulaikah: “Cobalah ceritakan kepada kami kepribadian Abdullah bin
Zubeir!” Maka ujarnya: “Demi Allah! Tak pernah kulihat jiwa yang tersusun
dalam rongga tubuhnya itu seperti jiwanya! Ia tekun melakukan shalat, dan
mengakhiri segala sesuatu dengannya . . . . Ia ruku’ dan sujud sedemikian rupa,
hingga karena amat lamanya, maka burung-burung gereja yang bertengger di atas
bahunya atau punggungnya, menyangkanya dinding tembok atau kain yang
tergantung. Dan pernah peluru meriam batu lewat antara janggut dan dadanya
sementara ia shalat, tetapi demi Allah, ia tidak peduli dan tidak goncang,
tidak pula memutus bacaan atau mempercepat waktu rukuk nya . . . !”
Memang, berita-berita sebenarnya yang diceritakan orang tentang
ibadat Ibnu Zubeir, hampir merupakan dongeng. Maka di dalam shaum dan shalat,
dalam menunaikan haji dan serta zakat, ketinggian cita serta kemuliaan diri . .
. , dalam bertenggang di waktu malam sepanjang hidupnya untuk
bersujud dan beribadat …. dalam menahan lapar di waktu siang, juga sepanjang
usianya untuk shaum dan jihadun nafs . . . , dan dalam keimanannya yang teguh
kepada Allah … dalam semua itu ia adalah tokoh satu-satunya tak ada duanya . .
. !
Pada suatu kali, Ibnu Abbas ditanyai orang mengenai Ibnu Zubeir.
Maka walaupun di antara kedua orang ini terdapat perselisihan paham, Ibnu
Abbas berkata: “Ia adalah seorang pembaca Kitabullah, dan pengikut sunnah
Rasul-Nya, tekun beribadat kepada-Nya dan shaum di siang hari karena takut
kepada-Nya . . . . Seorang putera dari pembela Rasulullah, dan ibunya ialah
Asma puteri Shiddiq, sementara bibinya ialah Khadijah iatri dari Rasulullah . .
. . Maka tak ada seorang pun yang tak mengakui keutamaannya, kecuali orang yang
dibutakan matanya oleh Allah … !”
Dalam keteguhan dan kekuatan wataknya, Abdullah bin Zubeir
seolah-olah menandingi gunung layaknya . . . ! Terbuka jelas . . . . mulia . .
. , tangguh .. , dan siap sedia selalu untuk mengurbankan nyawanya sebagai tebusan keterusterangan dan
lurusnya jalan yang akan ditempuhnya ….
Sewaktu perseliaihan dan peperangannya dengan Mu’awiyah, ia
dikunjungi oleh Hushain bin Numeir, yakni panglima tentara yang dikirim oleh
Yazid untuk memadamkan pemberontakan Ibnu Zubeir.
Hushain berkunjung kepadanya tidak lama setelah sampainya berita
ke Mekah tentang Kematian Yazid. Ia menawarkan kepada Ibnu Zubeir untuk ikut
pergi bersamanya ke Syria, dan ia akan menggunakan pengaruhnya yang besar di
sana agar bai’at dapat diberikan kepadanya … !
Abdullah menolak kesempatan emas ini karena menurut keyakinannya
terhadap Syria harus dijalankan hukum qishash sebagai balasan atas dosa-dosanya
dan kekejaman mereka terhadap kota Madinah, kota Rasulullah saw. demi memenuhi
kehendak orang-orang Bani Umaiyah ….
Sungguh, kita berbeda pendapat dengan Abdullah mengenai
pendiriannya ini, dan kita berharap kiranya ia lebih mementingkan perdamaian
dan ketenteraman, serta menggunakan kesempatan langka yang ditawarkan Hushain,
panglima Yazid ini… !
Tetapi pendirian seorang laki-laki, laki-laki mana juga yang
berdasarkan keyakinan dan kepercayaannya, dan penolakannya untuk bersifat
bohong dan munafiq, merupakan suatu hal yang patut mendapat penghargaan dan
kekaguman … !
Dan tatkala ia diserang oleh Hajjaj dengan bala tentaranya yang
diiringi kepungan ketat terhadap dirinya dan anak buahnya, maka di antara anak
buahnya itu terdapat segolongan besar orang-orang Habsyi yang selalu hidup di
medan perang dan para pemanah yang mahir.
Ibnu Zubeir mendengar mereka sedang membicarakan khalifah yang
telah pergi berlalu bernama Utsman bin Affan r.a., tanpa mengindahkan
tata-tertib kesopanan dan tidak didasari oleh kesadaran, mereka dicelanya,
katanya: “Demi Allah, aku tak sudi meminta bantuan dalam menghadapi musuhku
kepada orang-orang yang membenci Utsman !” Pada saat itu ia sangat
memerlukan bantuan, tak ubah bagai seorang yang tenggelam membutuhkan
pertolongan, tetap uluran tangan orang tersebut ditolaknya … !
Keterbukaannya terhadap diri pribadi serta kesetiaannya terhadap
aqidah dan prinsipnya, menyebabkannya tidak peduli kehilangan duaratus orang
pemanah termahir yang Agama mereka tidak dipercayai dan berkenan di hatinya!
Padahal waktu itu ia sedang berada dalam peperangan yang akan menentukan hidup
matinya, dan kemungkinan besar akan berubah arah, seandainya pemanah-pemanah
ahli itu tetap berada di sampingnya.
Kemudian pembangkangannya terhadap Mu’awiyah dan puteranya Yazid
sungguh-sungguh merupakan kepahlawanan! Menurut pandangannya, Yazid bin
Mu’awiyah bin Abi Sufyan itu adalah laki-laki yang terakhir kali dapat menjadi
khalifah Muslimin, seandainya memang dapat . . . ! Pandangannya ini memang
beralasan, karena dalam soal apa pun juga, Yazid tidak becus! Tidak satu pun kebaikan dapat menghapus
dosa-dosanya yang diceritakan sejarah kepada kita, maka bagaimana Ibnu Zubeir
akan mau bai’at kepadanya … ?
Kata-kata penolakannya terhadap Mu’awiyah selagi ia masih hidup
amat keras dan tegas. Dan apa pula katanya kepada Yazid yang telah naik menjadi
khalifah dan mengirim utusannya kepada Ibnu Zubeir mengancamnya dengan nasib
jelek apabila ia tidak mau bai’at pada Yazid … ? Ketika itu Ibnu Zubeir
memberikan jawabannya: “Kapan pun, aku tidak akan bai’at kepada si pemabok … kemudian
katanya berpantun : “Terhadap
hal bathil tiada tempat berlunak lembut kecuali bila geraham, dapat mengunyah
batu menjadi lembut “.
Ibnu Zubeir tetap menjadi Amirul Mu’minin dengan mengambil Mekah al-Mukarramah sebagai ibu kota pemerintahan dan membentangkan
kekuasaannya terhadap Hejaz, Yaman, Bashrah, Kufah, Khurasan dan seluruh Syria
kecuali Damsyik, setelah ia mendapat bai’at dari seluruh warga kota-kota daerah
tersebut di atas.
Tetapi orang-orang Banu Umaiyah tidak senang diam dan berhati
puas sebelum menjatuhkannya, maka mereka melancarkan serangan yang
bertubi-tubi, yang sebagian besar di antaranya berakhir dengan kekalahan dan
kegagalan.
Hingga akhirnya datanglah masa pemerintahan Abdul Malik bin
Marwan yang untuk menyerang Abdullah di Mekah itu memilih salah seorang anak
manusia yang paling celaka dan paling merajalela dengan kekejaman dan
kebuasannya … ! Itulah dia Hajjaj ats-Tsaqafi, yang mengenai pribadinya Umar
bin Abdul Aziz, Imam yang adil itu pernah berkata: “Andainya setiap ummat
datang dengan membawa kesalahan masing-masing, sedang kami hanya datang dengan
kesalahan Hajjaj seorang saja, maka akan lebih berat lagi kesalahan kami dari
mereka semua … ! “
Dengan mengerahkan anak buah dan orang-orang upahannya, Hajjaj
datang memerangi Mekah ibukota Ibnu Zubeir. Dikepungnya kota itu serta
penduduknya, selama lebih kurang enam bulan dan dihalanginya mereka mendapat
makanan dan air, dengan harapan agar mereka meninggalkan Ibnu Zubeir sebatang
kara, tanpa tentara dan sanak saudara.
Dan karena tekanan bahaya kelaparan itu banyaklah yang
menyerahkan diri, hingga Ibnu Zubeir mendapatkan dirinya tidak berteman atau kira-kira
demikian . . . . Dan walaupun kesempatan untuk meloloskan diri dan
menyelamatkan nyawanya masih terbuka, tetapi Ibnu Zubeir memutuskan akan memikul
tanggung jawabnya sampai titik terakhir. Maka ia terus menghadapi serangan
tentara Hajjaj itu dengan keberanian yang tak dapat dilukiskan, padahal ketika
itu usianya telah mencapai tujuh puluh tahun … !
Dan tidaklah dapat kita melihat gambaran sesungguhnya dari
pendirian yang luar biasa ini, kecuali jika kita mendengar percakapan yang
berlangsung antara Abdullah dengan ibunya yang agung dan mulia itu, Asma’ binti
Abu Bakar, yakni di saat-saat yang akhir dari kehidupannya.
Ditemuinya ibunya itu dan dipaparkannya di hadapannya suasana
ketika itu secara terperinci, begitupun mengenai akhir kesudahan yang sudah
nyata tak dapat dielakkan lagi ….
Kata ‘Asma’ kepadanya:
“Anakku, engkau tentu lebih tahu tentang dirimu! Apabila menurut
keyakinanmu, engkau berada di jalan yang benar dan berseru untuk mencapai
kebenaran itu, shabar dan tawakallah dalam melaksanakan tugas itu sampai titik
darah penghabiaan. Tiada kata menyerah dalam kamus perjuangan melawan kebuasan
budak-budak Bani Umaiyah … ! Tetapi kalau menurut pikiranmu, engkau hanya
mengharapkan dunia, maka engkau adalah seburuk-buruk hamba, engkau celakakan
dirimu sendiri serta orang-orang yang tewas bersamamu!”
Ujar Abdullah:
“Demi Allah, wahai bunda! Tidaklah ananda mengharapkan dunia atau ingin hendak mendapatkannya! Dan sekali kali tidaklah anakanda berlaku aniaya dalam hukum Allah, berbuat curang atau melanggar batas …
“Demi Allah, wahai bunda! Tidaklah ananda mengharapkan dunia atau ingin hendak mendapatkannya! Dan sekali kali tidaklah anakanda berlaku aniaya dalam hukum Allah, berbuat curang atau melanggar batas …
Kata Asma’ Pula:
Aku memohon kepada Allah semoga ketabahan hatiku menjadi kebaikan bagi dirimu, baik engkau mendahuluiku menghadap Allah maupun aku. Ya Allah, semoga ibadahnya sepanjang malam, shaum sepanjang siang dan bakti kepada kedua orang tuanya, Engkau terima disertai cucuran Rahmat-Mu. Ya Allah, aku serahkan segala sesuatu tentang dirinya kepada kekuasaanMu, dan aku rela menerima keputusan-Mu. Ya Allah berilah aku pahala atas segala perbuatan Abdullah bin Zubeir ini, pahalanya orang-orang yang shabar dan bersyukur …
Kemudian mereka pun berpelukan menyatakan perpisahan dan selamat tinggal.
Aku memohon kepada Allah semoga ketabahan hatiku menjadi kebaikan bagi dirimu, baik engkau mendahuluiku menghadap Allah maupun aku. Ya Allah, semoga ibadahnya sepanjang malam, shaum sepanjang siang dan bakti kepada kedua orang tuanya, Engkau terima disertai cucuran Rahmat-Mu. Ya Allah, aku serahkan segala sesuatu tentang dirinya kepada kekuasaanMu, dan aku rela menerima keputusan-Mu. Ya Allah berilah aku pahala atas segala perbuatan Abdullah bin Zubeir ini, pahalanya orang-orang yang shabar dan bersyukur …
Kemudian mereka pun berpelukan menyatakan perpisahan dan selamat tinggal.
Dan beberapa kemudian, Abdullah bin Zubeir terlibat dalam
pertempuran sengit yang tak seimbang, hingga syahid agung itu akhirnya menerima
pukulan maut yang menewaskannya. Periatiwa itu menjadikan Hajjaj kuasa
Abdul Malik bin Marwan berkesempatan melaksanakan kebuasan dan dendam
kesumatnya, hingga tak ada jenis kebiadaban yang lebih keji kecuali dengan
menyalib tubuh syahid suci yang telah beku dan kaku itu.http://vivatranews2.blogspot.co.id/
Bundanya, wanita tua yang ketika itu telah berusia sembilan puluh
tujuh tahun, berdiri memperhatikan puteranya yang disalib. Dan bagaikan sebuah
gunung yang tinggi, ia tegak menghadap ke arahnya tanpa bergerak. Sementara
itu Hajjaj datang menghampirinya dengan lemah lembut dan berhina diri, katanya:
“Wahai ibu, Amirul Mu’minin Abdulmalik bin Marwan memberiku wasiat agar
memperlakukan ibu dengan baik … !” “Maka adakah kiranya keperluan ibu … ?’
Bagaikan berteriak dengan suara berwibawa wanita itu berkata:
“Aku ini bukanlah ibumu . . . ! Aku adalah ibu dari orang yang disalib pada
tiang karapan … !
Tiada sesuatu pun yang kuperlukan daripadamu. Hanya
aku akan menyampaikan kepadamu sebuah Hadits yang kudengar dari Rasulullah saw.
sabdanya:
“Akan muncul dari Tsaqif seorang pembohong dan seorang
durjana Adapun si pembohong telah sama-sama kita ketahui. Adapun si durjana,
sepengetahuanku hanyalah kamu … ! “
Abdullah bin Umar r.a. datang menghiburnya dan mengajaknya
bershabar. Maka jawabnya: “Kenapa pula aku tidak akan shabar, padahal
kepada Yahya bin Zakaria sendiri telah diserahkan kepada salah seorang durjana
dari durjana-durjana Bani Iarail . . . !”
Oh, alangkah agungnya anda, wahai puteri Abu Bakar Shiddiq .. ..
! Memang, adakah lagi kata-kata yang lebih tepat diucapkan selain itu kepada
orang-orang yang telah memisahkan kepala Ibnu Zubeir dari tubuhnya sebelum
mereka menyalibnya . . .
Tidak salah! Seandainya kepala Ibnu Zubeir telah diberikan
sebagai hadiah bagi Hajjaj, dan Abdul Malik, maka kepala Nabi yang mulia yakni
Yahya a.s., dulu juga telah diberikan sebagai hadiah bagi Salome, seorang
wanita yang durjana dan hina dari Bani Israil .’ . . ! ‘Sungguh, suatu tamsil yang
tepat dan kata-kata yang jitu … !
Kemudian mungkinkah kiranya bagi Abdullah bin Zubeir akan
melanjutkan hidupnya di bawah tingkat yang amat tinggi dari keluhuran,
keutamaan dan kepahlawanan ini, sedang yang menyusukannya ialah wanita yang
demikian corak bentuknya. . ?
Salam kiranya terlimpah atas Abdullah …Dan kiranya terlimpah pula atas Asma’ . . .!
Salam bagi kedua mereka di lingkungan syuhada yang tidak pernah fana … !
Dan di lingkungan orang-orang utama lagi bertaqwa …
0 komentar