Memahami Dua Jenis Rezeki
4/11/2017Ketika mendengar kalimat ini, kebanyakan orang berpikir bahwa obyek yang sedang dibicarakan dalam kalimat tersebut adalah rezeki duniawi, lebih khusus lagi adalah rezeki berupa harta.
Kalau kita mau mencermati, sebenarnya rezeki berupa harta adalah sebagian saja dari rezeki yang Allah berikan kepada makhluk-Nya. Namun, sifat kebanyakan manusia yang jauh dari rasa syukur dan lebih berorientasi dengan gemerlap dunia yang fana, terkadang hanya membatasi rezeki dengan harta duniawi semata. Padahal sesungguhnya Allah Ta’ala telah banyak memberi rezeki kepada manusia dengan bentuk yang beragam.
Rezeki Umum dan Rezeki Khusus
Rezeki yang Allah berikan kepada makhluk ada dua bentuk :
1. Rezeki yang sifatnya umum (الرزق العم )
Yakni segala
sesuatu yang memberikan manfaat bagi badan, berupa harta, rumah,
kendaraan, kesehatan, dan selainnya, baik berasal dari yang halal
maupun haram. Rezeki jenis ini Allah berikan kepada seluruh makhluk-Nya,
baik orang muslim maupun orang kafir.
Banyaknya
pemberian jenis rezeki yang pertama ini tidak menunjukkan kemuliaan
seseorang di sisi Allah. Begitu pula sedikitnya rezeki dunia yang Allah
berikan kepada seseorang tidak menunjukkan kehinaan orang tersebut.
Allah Ta’ala berfirman,
فَأَمَّا
الْإِنسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ
فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ
عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ
“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku” . (QS. Al Fajr :15-16)
Imam Ibnu Katsir
rahimahullah menjelaskan, “Allah Ta’ala berfirman mengingkari keyakinan
(sebagian) manusia. (Maksud ayat ini) bahwasanya jika Allah meluaskan
rezeki mereka tujuannya adalah untuk menguji mereka dengan rezeki
tersebut. Sebagian orang meyakini bahwa rezeki dari Allah merupakan
bentuk pemuliaan terhadap mereka. Namun yang benar bukanlah demikian,
bahkan rezeki tersebut merupakan ujian dan cobaan untuk mereka
sebagaimana firman Allah :
. نُسَارِعُ لَهُمْ فِي الْخَيْرَاتِ بَل لَّا يَشْعُرُونَ. أَيَحْسَبُونَ أَنَّمَا نُمِدُّهُم بِهِ مِن مَّالٍ وَبَنِينَ
“Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa),Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar” (QS. Al Mu’minun:55-56).
Demikian pula
sebaliknya. Jika Allah memeberinya cobaan dan mengujinya dengan
menyempitkan rezekinya, sebagian orang menyangka Allah sedang
menghinakannya. Maka Allah katakan : { كَلا } (sekali-kali tidak). Yang
dimaksud bukanlah seperti persangkaan mereka. Allah memberikan harta
kepada orang yang Allah cintai dan kepada orang yang tidak Allah cintai.
Allah juga menyempitkan harta terhadap orang yang Allah cintai maupunn
orang yang tidak dicintai-Nya. Sesungguhnya semuanya bersumber pada
ketaatan kepada Allah pada dua kondisi tersebut (baik ketika mendapat
rezeki yang luas maupun rezeki yang sempit). Jika seseorang kaya
(mendapat banyak rezeki harta) dia bersyukur kepada Allah dengan
pemberian tersebut, dan jika miskin (sempit rezeki) dia bersabar.”
(Tafsiru al Quran al ‘Adzim, Imam Ibnu Katsir rahimahullah)
Banyak sedikitnya
rezeki duniawi adalah ujian semata, bukan standar kecintaan Allah
terhadap hamba. Rezeki harta sebagai ujian Allah atas hamba-Nya, untuk
mengetahui siapakah di antara hambanya yang bersyukur dan bersabar.
2. Rezeki yang sifatnya khusus (الرزق الخاص )
Yakni segala
sesuatu yang membuat tegak agama seseorang. Rezeki jenis ini berupa ilmu
yang bermanfaat dan amal shalih serta semua rezeki halal yang membantu
seseorang untuk taat kepada Allah. Inilah rezeki yang Allah berikan
khusus kepada orang-orang yang dicintai-Nya. Inilah rezeki yang hakiki,
yang menghantarkan seseorang akan mendapat kebahagiaan dunia akherat.
Rezeki jenis ini
Allah khususkan bagi orang-orang mukmin. Allah menyempurnakan keutamaan
bagi mereka, dan Allah anugerahkan bagai mereka surga di hari akhir
kelak. Allah Ta’ala berfirman,
وَمَن
يُؤْمِن بِاللَّهِ وَيَعْمَلْ صَالِحاً يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن
تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً قَدْ أَحْسَنَ اللَّهُ
لَهُ رِزْقاً
“Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan mengerjakan amal yang saleh niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya Allah memberikan rezki yang baik kepadanya “ (QS. Ath Thalaq:11).
Dan juga firman-Nya :
هَذَا
ذِكْرٌ وَإِنَّ لِلْمُتَّقِينَ لَحُسْنَ مَآَبٍ (49) جَنَّاتِ عَدْنٍ
مُفَتَّحَةً لَهُمُ الْأَبْوَابُ (50) مُتَّكِئِينَ فِيهَا يَدْعُونَ
فِيهَا بِفَاكِهَةٍ كَثِيرَةٍ وَشَرَابٍ (51) وَعِنْدَهُمْ قَاصِرَاتُ
الطَّرْفِ أَتْرَابٌ (52) هَذَا مَا تُوعَدُونَ لِيَوْمِ الْحِسَابِ (53)
إِنَّ هَذَا لَرِزْقُنَا مَا لَهُ مِنْ نَفَادٍ (54
“Ini adalah kehormatan (bagi mereka). Dan sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa benar-benar (disediakan) tempat kembali yang baik, (yaitu) syurga ‘Adn yang pintu-pintunya terbuka bagi mereka, di dalamnya mereka bertelekan (diatas dipan-dipan) sambil meminta buah-buahan yang banyak dan minuman di surga itu. Dan pada sisi mereka (ada bidadari-bidadari) yang tidak liar pandangannya dan sebaya umurnya Inilah apa yang dijanjikan kepadamu pada hari berhisab. Sesungguhnya ini adalah benar-benar rezki dari Kami yang tiada habis-habisnya. “ (QS. Shaad: 49-54)
Hanya Allah Pemberi Rezeki
Di antara nama-nama Allah adalah “Ar Rozzaq” dan “ Ar Rooziq”. Nama “Ar Rozzaq” terdapat dalam firman Allah,
إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
“Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh” (QS. Adz Dzariyat:58)
Sedangkan nama “ Ar Rooziq”terdapat dalam firman-Nya,
وَإِذَا
رَأَوْا تِجَارَةً أَوْ لَهْواً انفَضُّوا إِلَيْهَا وَتَرَكُوكَ قَائِماً
قُلْ مَا عِندَ اللَّهِ خَيْرٌ مِّنَ اللَّهْوِ وَمِنَ التِّجَارَةِ
وَاللَّهُ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
“Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: “Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan”, dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezki” (QS. Al Jumu’ah:11)
Dan juga firman-Nya,
وَالَّذِينَ
هَاجَرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ قُتِلُوا أَوْ مَاتُوا
لَيَرْزُقَنَّهُمُ اللَّهُ رِزْقاً حَسَناً وَإِنَّ اللَّهَ لَهُوَ خَيْرُ
الرَّازِقِينَ
“Dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, kemudian mereka di bunuh atau mati, benar-benar Allah akan memberikan kepada mereka rezki yang baik (surga). Dan sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik pemberi rezki” (QS. Al Hajj: 58)
Dari nama Allah Ar
Rozzaq dan Ar Rooziq terkandung didalamnya sifat rezeki {الرزقُ} (ar
ruzqu). Dalam siifat ar ruzqu bagi Allah, terkandung di dalamnya dua
makna, yaitu banyaknya rezeki yang Allah berikan pada setiap makhluk,
dan banyak/luasnya jumlah makhluk yang mendapat rezeki dari-Nya :
1. Rezeki yang banyak
Maksudnya rezeki
yang Allah berikan kepada setiap makhluknya sangat banyak. Masing-masing
makhluk Allah mendapat jatah rezeki yang banyak. Kita sebagai manusia
mendapat rezeki berupa nikmat yang sangat banyak. Nikmat sehat, anggota
tubuh yang sempurna, tempat tinggal, keluarga, harta, dan masih banyak
nikmat-nikmat yang lainnya. Itu semua merupakan rezeki dari Allah yang
sangat banyak dan tak terhingga. Allah Ta’ala berfirman :
وَآتَاكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَتَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ الإِنسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (QS. Ibrahim:34)
2. Rezeki yang luas
Rezeki yang Allah
berikan meliputi seluruh makhluk-Nya sesuai dengan kondisinya
masing-masing. Masing-masing setiap makhluk mendapat rezeki yang banyak
dari Allah. Manusia, jin, seluruh binatang dan tumbuhan, serta semua
yang ada di langit dan di bumi mendapat rezeki dari Allah. Seluruh
makhluk tersebut dipenuhi rezekinya oleh Allah semata. Ini menunjukkan
luasnya rezeki yang Allah berikan pada makhluk-Nya. Allah berfirman :
وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِي الأَرْضِ إِلاَّ عَلَى اللّهِ رِزْقُهَا
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberinya rezeki“ (QS. Huud:6)
Semangatlah Mencari Rezeki
Saudarakau,
ingatlah bahwa rezeki tidaklah sebatas harta dunia. Ilmu yang bermanfaat
adalah rezeki, kemudahan untuk beramal shalih adalah rezeki, istri yang
shalihah adalah rezeki, anak-anak juga termasuk rezeki. Kewajiban kita
untuk senantiasa bersyukur atas rezeki yang Allah berikan. Bahkan rezeki
yang hakiki adalah rezeki yang dapat menegakkan agama kita sehingga
mengantarkan kita selamat di akherat. Inilah rezeki yang sesungguhnya.
Rezeki yang hanya Allah berikan kepada hamba-hamba pilihan-Nya.
Maka saudaraku,
setelah kita mengetahui bahwa ilmu dan amal shalih termasuk rezeki yang
bermanfaat, kita hendaknya bersemangat untuk menggapainya. Sebagaimana
kita bersemangat dan bahkan menghabiskan waktu kita untuk mengais rezeki
dunia, mestinya kita juga semangat untuk mencari rezeki yang lebih
bermanfaat, yaitu ilmu dan amal shalih. Rezeki yang akan menyelamatkan
kita di dunia dan akherat kita.
Rezeki telah Ditentukan
Perlu
diperhatikan, bahwa seluruh rezeki bagi makhluk telah Allah tentukan.
Kaya dan miskin, sakit dan sehat, senang dan susah, termasuk juga ilmu
dan amal shalih seseorang pun telah ditentukan. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
إن
أحدكم يجمع خلقه في بطن أمه أربعين يوما نطفة ثم علقه مثل ذلك ثم يكون
مضغة مثل ذلك , ثم يرسل إليه الملك فينفخ فيه الروح , ويؤمر بأربع كلمات :
بكتب رزقه , وأجله , وعمله , وشقي أم سعيد . فوالله الذي لا إله غيره إن
أحدكم ليعمل بعمل أهل الجنة حتى ما يكون بينه وبينها إلا ذراع فيسبق عليه
الكتاب فيعمل بعمل أهل النار , وإن أحدكم ليعمل بعمل أهل النار حتى ما يكون
بينه وبينها إلا ذراع فيسبق عليه الكتاب فيعمل بعمل أهل الجنة
“Sesungguhnya tiap-tiap kalian dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nutfah, kemudian menjadi ‘Alaqoh (segumpal darah) selama itu juga lalu menjadi Mudhghoh (segumpal daging) selama itu juga, kemudian diutuslah Malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya lalu diperintahkan untuk menuliskan 4 kata : Rizki, Ajal, Amal dan Celaka/bahagianya. maka demi Alloh yang tiada Tuhan selainnya, ada seseorang diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli surga sehingga tidak ada jarak antara dirinya dan surga kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului oleh ketetapan Alloh lalu ia melakukan perbuatan ahli neraka dan ia masuk neraka. Ada diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli neraka sehingga tidak ada lagi jarak antara dirinya dan neraka kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului oleh ketetapan Alloh lalu ia melakukan perbuatan ahli surga dan ia masuk surga.”(HR. Bukhari 3208 dan HR.Muslim 2643)
Dengan mengetahui
hal ini, bukan berrati kita pasarah dan tidak berusaha mencari rezeki.
Sebagian orang memiliki anggapan yang salah dalam memahami hal ini.
Mereka hanya pasrah terhadap takdir tanpa melakukan usaha sama sekali.
Sunngguh, ini adalah kesalah yang nyata. Bukankah Allah juga
memerintahkan kita untuk mengambil sebab dan melarang kita dari bersikap
malas? Apabila kita sudah mengambil sebab dan mendapatkan hasil yang
tidak kita inginkan, maka kita tidak boleh sedih dan berputus asa,
termasuk dalam mencari rezeki, karena semuanya sudah merupakan ketetapan
Allah. Oleh karena itu Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
احرص على ما ينفعك واستعن بالله ولا تعجز وإن أصابك شيء فلا تقل لو أني فعلت كان كذا وكذا ولكن قل قدر الله وما شاء فعل
“Bersemangatlah dalam hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah dan jangalah kamu malas! Apabila kamu tertimpa sesuatu, janganlah kamu mengatakan :’Seaindainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini atau begitu’, tetapi katakanlah : ‘Qoddarullahu wa maa sya’a fa’ala” (HR. Muslim 2664)
Semoga tulisan rigkas ini bermanfaat. Wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad
Referensi Utama :
Syarhu al ‘Aqidah al Waashitiyah, Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin rahimahullah
Fiqhu al Asmai al Husna, Syaikh ‘Abdurrozaq bin ‘Abdil Muhsni al Badr hafidzahullah
—
Penulis: dr. Adika Mianoki
Sumber : artikel www.muslim.or.id
0 komentar