Mbah Kyai Musyafa’ Orang Gila yang Penuh Karomah.

4/30/2017

Mbah Kyai Musyafa’ Orang Gila yang Penuh Karomah.
Sebelum dikenal sebagai Wali, Mbah Kyai Musyafa 'orang gila. Namun kemudian banyak orang yang menemukan karomahnya. Karena itu, setelah dia meninggal, makamnya kerap didatangi peziarah.
Kota Kaliwungu, tepatnya di wilayah Kecamatan Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah, tampak sangat anggun bila dilihat dari bukit yang terletak di Desa Proto Mulyo, sebelah timur Kampung Gadukan, Kutoarjo, Kaliwungu. Masjid Al-Muttaqin yang berada di pusat kota terlihat sangat dominan dan lebih besar daripada bangunan lain yang ada di sekitarnya. Menara dan kubah masjid tampak sangat kukuh, seperti ajah Allah Swt. Mahabesar.
Dari ketinggian bukit itu, tampak cantik kota Kaliwungu yang mempesona. Disana ada makam alim ulama dan para penyiar agama islam tempo dulu. Masyarakat Banjir sebagai makam Jabal (bukit), sebuah kawasan perbukitan. Salah seorang ulama besar yang dimakamkan disana adalah Kyai Musyafa 'bin Haji Bahram.
Seperti makam wali-wali yang lain, makam Mbah Syafa ', begitulah biasa disapa, inipun kerap sekali para peziarah, pada hari Kamis Wage sakit dan Jum'at Kliwon. Pada kedua hari tersebut, ratusan bahkan ribuan peziarah datang ke sana. Santri dari beberapa pesantren juga kerap menjadikannya sebagai tempat untuk melaksanakan riyadhah.
Selama hidup (antara tahun 1920 - 1969), Mbah Syafa 'dikenal sebagai sosok yang zuhud. Ia sangat sederhana, baik dalam berpakaian maupun dalam bertutur kata. Kesederhanaannya dalam berpakaian, buat sebagian orang menganggap Mbah Syafa 'sebagai Kyai yang sangat miskin. Tidak jarang orang juga mengatakan bahwa Mbah Syafa 'adalah orang gila, karena ia memang kerap berperilaku Khawariqul' Adat, yaitu berperilaku di luar kebiasaan manusia pada umumnya.


 Anggur MekkahSangkaan orang itu Mbah Syafa 'adalah orang gila sudah ada sebelum masyarakat mencari karomah dan kewaliannya. Pada suatu hari tetangga di sekitar rumah Mbah Syafa 'dibikin geger. Pasalnya setelah musim haji, ada seorang haji yang datang ke sana, ia mengaku dititipi oleh orang di Mekah untuk diserahkan kepada Mbah Syafa ', yang baru saja menunaikan ibadah haji di Mekah. Lepas tetangga Mbah Syafa 'menyaksikan sendiri, selama musim haji itu Mbah Syafa' berada di rumah.
Sejak itu pandangan orang pada dirinya berubah, apalagi setelah karomah-karomahnya disaksikan orang-orang di sekitarnya. Suatu saat Mbah Syafa 'menjamu tamu yang datang. Masing-masing tamu menuang sendiri air minum dari ceret yang sudah disediakan. Anehnya air minum yang berasal dari satu ceret itu terasa berbeda-beda oleh tamu yang minum.
Dalam kisah yang lain, suatu saat pada 1960-an, Mbah Syafa 'melihat seorang tentara. Tentara itu sesuai memohon restu, karena sebagai pembela negara dia mendapat tugas ikut dalam rombongan pasukan Trikora yang akan membebaskan Irian Jaya dari pendudukan Belanda. Saat dia sampai di tempat tinggal Mbah Syafa ', dan mengemukakan maksudnya, Mbah Syafa' tidak terjawab sepatah kata pun. Beliau hanya mengambil sebuah wajan yang telah dibakar hingga merah membara.
Oleh Mbah Syafa 'wajan itu didekatkan ke kepala orang itu sambil dipukul beberapa kali. Sesaat kemudian masuklah ke rumah dan keluar dengan membawa tiga buah biji randu (klentheng), lantas menyerahkannya pada orang itu. Orang yang tidak mengerti apa maksudnya Mbah Syafa ', namun ia tetap bisaain ramaikan Mbah Syafa'.
Di belakang hari, isyarat itu bisa diketahui setelah kapal yang ditumpangi tentara Indonesia hancur di tengah laut. Namun atas izin Allah orang tersebut selamat.
Dalam kisah yang lain diceritakan pada 1940-an, suatu hari Mbah Syafa 'majlis dalam. Orang-orang di sekitarnya merasa heran dengan apa yang dikerjakannya itu. Sebagian suka tempat itu akan digunakan untuk merawat ikan, sebagian yang lain menyangka akan dibuat sumur.
Setelah beberapa saat, orang baru sadar adalah Mbah Syafa 'mencari peristiwa yang bisa terjadi. Karena tidak lama berselang, tentara Jepang menyerbu daerah Kaliwungu, dan lubang itu digunakan sebagai tempat persembunyian orang-orang yang ada di sekitarnya.
Berbagai peristiwa yang terjadi antara dunia ini pada 13 Maret 1969 (seperti yang tertulis pada nisannya). Suatu saat saat sedang melakukan pembukaan Balai Desa Krajan Kulon, Mbah Rasyid, tukang sapu kantor tersebut, ditemui Mbah Syafa 'tanpa berbincang apapun. Mbah Syafa 'tinggal uang seribu rupiah, jadi ia telah meninggal dunia.Anehnya, saat sudah dibelanjakan, uang itu tetap utuh dan masih ada di saku Mbah Rasyid begitu sampai di rumah. Hal itu berulang kali tiga kali, buat gundah Mbah Rasyid. Hatinya baru tenang setelah uang itu kembalikan ke kuburan Mbah Syafa '.

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

pesan di sini ...

Nama

Email *

Pesan *

Kata mutiara

Allah Masih Memberiku Waktu " Hari ini aku masih terbangun karena Allah masih memberiku waktu di dunia, memberiku waktu untuk hidup agar aku dapat menghapuskan dosa-dosaku dengan melakukan kebaikan"