"Ketika Dia membukakan bagimu (suatu) Wajah Pengenalan,
maka jangan engkau sandingkan (hadirnya) pengenalan itu dengan
sedikitnya amal-amalmu; karena sesungguhnya Dia tidak membukakan
pengenalan itu bagimu kecuali (bahwa) Dia semata-mata menginginkan untuk
memperkenalkan (Diri-Nya) kepadamu.
Tidakkah engkau mengetahui bahwa sesungguhnya (suatu) pengenalan itu
(semata-mata) Dia yang menginginkannya atasmu, sedangkan amal-amal itu
(semata-mata) suatu hadiah dari engkau kepada-Nya; maka tidaklah
sebanding antara apa-apa yang engkau hadiahkan kepada-Nya dengan apa-apa
yang Dia inginkan untukmu."
Syarah
Ada rahasia yang sangat halus dibalik kalimat-kalimat Ibnu Athaillah
dalam pasal ini. Ibnu Athaillah bukan hendak mengatakan bahwa amaliah tidak
berarti, karena itu adalah tanda kepatuhan kepada-Nya. Namun ada
persoalan yang lebih besar dari itu yang harus dimiliki setiap pejalan
suluk.
Ketika Allah membuka “Wajah Pengenalan”, maka yang Dia
anugrahkan kepada seorang hamba adalah Diri-Nya, Eksistensi-Nya, bukan
semata perbuatan-Nya, karunia-Nya, atau surga-Nya. Maka tidaklah
sebanding ketika Allah menyerahkan seluruh Diri-Nya untuk dikenali,
sementara seseorang hanya menyerahkan amal perbuatannya, bukan dirinya.
Adalah Nabi Muhammad SAW memberi nasihat kepada putrinya Fatimah r.a. untuk senantiasa berdoa pada setiap pagi dan petang:
Wahai (Dzat) yang Maha Hidup dan Maha
Berdiri! Dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan. Perbaikilah urusanku
seluruhnya; dan jangan Engkau serahkan aku kepada diriku walau hanya
sekejap mata. – H.R. Imam An-Nasai, Imam Al-Hakim.
Ya Allah, hanya rahmat-Mu yang
kuharapkan! Maka janganlah Engkau serahkan aku kepada diriku meski
sekejap mata, dan perbaikilah urusanku seluruhnya. (Sungguh) tidak ada
tuhan selain Engkau. – H.R. Imam Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Hibban.
Bahwa kebanyakan manusia
mengandalkan urusannya kepada dirinya, kepintarannya, amal
perbuatannya. Dan sangatlah sedikit manusia yang menginginkan berserah
diri sepenuhnya kepada Allah. Sementara dalam Al-Quran dikatakan bahwa sebaik-baik agama seseorang adalah yang: aslama wajhahu (menyerahkan wajahnya), seluruh eksistensinya, seluruh jiwa-raganya, hidup dan matinya, hanya kepada Allah.
Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari
pada orang yang menyerahkan wajahnya kepada Allah, sedang diapun seorang
yang ihsan dan mengikuti millah Ibrahim yang lurus?– Q.S. An-Nisa [4]: 125
0 komentar